Selasa, 12 Juni 2012

Si Buyung (Cerpen-Pendek)

Share it Please



Ini akhir pekan,begitu singkat.
Ada anak ingusan memegang Koran, bukan pembaca, ia penjual. Langit semakin padam, cahayanya redup bagai lilin habis sumbu. Sebentar kemudian, fuhh..angin bertiup, langit gelap.
Bangau pulang sarang, habis lelah mencari sekawanan cere. Jalanan tak pernah terlelap.

Magrib, tak pernah lengang meski azan terdengar terang.
“Nak, habis kemana saja kau seharian?”
“Habis mengabiskan uang ibu..”

Pedagang menggulung dagangan. Besok lagi mencari makan, istirahat sejenak melihat anak.
“Ibu, mana anak kita?”
“habis kuberi pelajaran tambahan”
“Oh, ia akan semakin pintar”
“Ya, semakin pintar mencuri!”

Langit menghitam, sebentar lagi bintang muncul menggoda rembulan.
“Pak, aku kedinginan”
“Sudah mengerti kau apa yang ibu ajarkan?
“Ya, aku mengerti. Mungkin mandiku belum bersih, sehingga ibu mengurungku di kamar mandi”

Racauan reporter ganggu makan malam. Kotak hitam semakin bawel beritakan pemimpin “pintar”.
“Bu, harusnya ia mendapatkan pelajaran tambahan sepertiku”
“Ya, seharusnya. Tapi, ia sudah lupa dengan ibunya”
“Mengapa?”
“Mungkin karena harta..”
“Habiskan cepat, apa kau akan bersaing dengan kucing?”

Bintang riap-riap sinarnya. Si Buyung lelah, merebah di samping ibunya.
“Harusnya ia merasakan kamar mandi! Bu, apakah penjara lebih baik daripada kamar mandi?”
“Siapa?”
“Orang ‘pintar’ dalam kotak hitam tadi”
“Mungkin ia tak punya kamar mandi”
“Atau penjara lebih bagus dari kamar mandi”
“Sebab apa mereka harus dipenjara, Bu?”
“Mencuri…”

Bunga tidur segera mampir, Si Buyung masih pikir bingung.
“Mungkin uang yang kuambil kurang banyak, sebab itu ibu mengurungku di kamar mandi. Ah, besok kan kuambil lebih banyak. Agar tak masuk kamar mandi, aku ingin masuk penjara saja, kata ibu itu lebih bagus dari kamar mandi…”

Selamat malam.

Ilustarsi Foto:klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow The Author