Rabu, 30 Mei 2012

Syair Tukang Kebun



Mawar tersenyum nyinyir pada sang surya
Sedang ilalang asik berjingkat-jingkat kiri dan kanan

Ini syair sedarhana, kawan
Tentang tukang kebun dan problema

Sepetak tanah, di depan halaman
Berarak belukar dengan segala sampahnya
Aduh, tukang kebun datang
Tapi senja keburu temaram
Continue Reading...

Selasa, 29 Mei 2012

Bulan kelima: Saat Bulan Purnama Merekah Sempurna



Sembilan belas tahun yang lalu aku tak sempat mengingat segala peristiwa yang terjadi, bukan tak bisa, namun aku belum diizinkan pada waktu itu. Karena aku tak ingat, maka aku takkan memaksa untuk mengingatnya, atau meminum berbagai jenis vitamin perangsang ingatan—untuk meningatnya. Aku hanya ingat saat ini.
Kristal air jatuh hasil dari kondensasi tadi siang, dilepas perlahan ditemaram malam yang tenang. Tak berkilauan karena purnama redup riap terhalang awan yang juga tak kelihatan. Ada sesuatu, ada yag meratap, ada yang menyelinap dari sanubari hati sampai buncah di haribaan. Seorang anak muda lusuh berharap luka terhapuskan oleh hujan.
Continue Reading...

Minggu, 27 Mei 2012

Kala Senja



Sebuah problema mengalun perlahan dalam desir aliran darah, melepaskan peluh hasil dari ekskresi tapal batas kejumudan. Debu yang menderu tak cukup redakan segala problematika yang semakin panas membakar hari. Sebuah rekayasa pemikiran menjadi acuan dalam bertingkah dan mengatur setiap derap langkah.
Matahari senja bersinar temaram menghela nafas karena lelah membakar manusia dan ambisinya. Angin menampar raga tak lagi mengalun lembut yang buat bergidik bulu roma. Bangau diganti peran oleh gagak-gagak dengan hitam kepak sayap perlahan memantau matanya. Senja tetaplah senja, tapi langit memuram durja berganti warna menjadi jingga. Terselip bibir tipis bergerak dengan harap penuh doa.
Continue Reading...

Followers

Follow The Author