Minggu, 24 Juni 2012
Surat Untuk Ibunda
Terhantar segala bentuk kasih Ananda dalam balutan cinta untuk Bunda di sana. Semoga Bunda sehat adanya dan tak kurang kuasa dalam menghadapi problema dunia.
Semoga sehat raga dan jiwa selalu hinggap menyertai dan tak bosan menemani. Terlampir hangat rindu ananda dalam tangis malam.
Ada yang ingin Ananda tanya pada Bunda mengenai sosok wanita, sebenarnya Ananda malu untuk bertanya demikian tentang ini pada Bunda. Bukan prahara cinta, bukan Bunda, Ananda masih terlalu hijau untuk bercakap panjang tentang hal demikian.
Ada yang Ananda risaukan, dan ganggu pikiran Ananda sejak lusa kemarin matahari terbit. Apakah sama Bunda, wanita era kartini dengan wanita era digital ini?
Bunda, mengapa kini gadis desa seolah-olah seperti gadis kota dan gadis kota semakin tak berbusana? Bunda, kini Ananda tak pernah lihat dengan mata kepala, para ibu yang rela memandikan anaknya, Ananda malah lihat pembantu yang lebih menaruh hati dan peduli pada anak majikan di sini.
Bunda, Ananda pun tak pernah lagi lihat gadis permata elok yang menunduk pandang saat berjalan, kini gadis tak pernah peduli tentang sakral perawan dan mudah untuk ananda temui menjajakan diri di balik malam.
Ananda kalut bunda, Ananda risau, sebab banyak anak tetangga tak pulang kandang saat adzan maghrib berkumandang, sedang saat ayam saja semalam tak sampai kandang, dicarinya sampai semalaman.
Biarlah si bungsu menjadi gadis gunung saja, Bunda, jangan sampai ia tertarik nafsu dunia yang butakan mata. Sekarang ini banyak wanita karir yang lupa keluarga, Bunda. Ananda tak pernah lihat lagi peluk mesra seorang emak menyusui anaknya.
Bunda yang Ananda cinta, Ananda ingin tanyakan tentang hikayat Aisyah, atau hikayat tentang Khodijah, hikayat Cut Nyak Dien atau paling tidak tentang Kartini yang bersahaja, ingin kiranya yang telah Bunda ceritakan, akan Ananda ceritakan ulang pada mereka. Agar wanita tak lagi orang anggap mainan saja, Bunda.
Masih panjang jalan Ananda menempuh dunia ajar didik di dunia, moga ilmu akhirat dapat nanda peroleh jua. Mohon restu dan doa sakral dalam akhir ibadah ritual.
Harapan terakhir Ananda, semoga ananda tak terperdaya nafsu dunia dalam jerat wanita.
Terakhir kata Ananda pada Ibunda yang semakin hari semakin nanda rindu, pulang nanti tolong carikan ‘hawa’ yang baik perangai dan akhlaknya. Karena di sini semakin langka saja.
Ananda tau Bunda tersenyum simpul di sana, cukup lama Bunda Ananda kan kembali, namun bumi semakin cepat berotasi dan mungkin waktu kan semakin singkat terjadi.
Salamkan rindu Ananda pada si bungsu dan Ayah. Ananda akan baik saja—dengan alairan doa makbul orang tua.
Dari anakmu yang sibuk berbenah diri dan menggurat asa di dalam krisis manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Designed By Templateism | Seo Blogger Templates
Tidak ada komentar:
Posting Komentar