Senin, 16 Juli 2012

Belajar Dari Kekalahan

Share it Please


Dengan cinta-Mu aku berharap akan Jannah. Dengan rahmat-Mu aku berharap akan bahagia. Dengan lantunan kalam-Mu aku berharap pada syafaat selamat. 

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (Q.S. Ali Imron: 139-141)

Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala keMahaannya. Terkadang kita luput dari apa yang telah difirmankanNya. Padahal Allah telah memberikan segala peringatan dan balasan akan segala hal, namun karena begitu lemahnya kita, kita sampai lupa dengan apa yang dijanjikannya.

Ya, kita merasa sedih, merasa lemah, merasa kecil, padahal Allah telah mengatakan bahwa kita adalah orang yang tinggi derajatnya (lihat pula di Q.S Ali Imron ayat 110). Tapi tak semudah itu kawan, Allah memberikan syarat untuk menjadikan hambanya menjadi yang terbaik, yaitu yang beriman. Pada ayat 110, Allah memberikan ciri-ciri umat terbaik itu ”.. menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..”. wahai Rabb, betapa lalainya kami, kami selalu merasa menjadi umat terbaik, namun cirinya kami abaikan, bahakan dikatakan beriman pun masih dipertanyakan.

Ya Rabb, saat kami sedikit dicoba olehMu untuk menjadi umat yang terbaik itu, dengan segala masalah dalam hal menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, kami mengeluh. Ah, dan bodohnya kami sedikit melupakan dan beriman kepada Allah. Kami merasa apa yang kami hasilkan adalah hasil dari usaha kami, kami lupa bahwa Kaulah yang Maha Kuasa.

Tampaknya kita harus menata ulang kembali keimanan kita, mempertanyakan kembali apa yang kita yakini, Allah atau yang lainkah??? Dan sudahkah ihsan hadir dalam hati dan sanubari kita?

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). Itu adalah sunnatullah yang wajib kita yakini. Allah mepergilirkan masa kejayaan dan masa kehancuran itu. Namun perlu diingat kawan, tak boleh kita terlalu lama tiarap, menikmati kehancuran terlalu lama. Karena dalam kehancuran—kekalahan—itu, Allah memberikan pelajaran untuk kita, agar segera bangkit agar cepat digilirkan kembali kejayaan itu.

Lalu Allah berkata, ”dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Di antara hikmah pergiliran kejayaan dan kehancuran itu adalah, Allah ingin menyeleksi kita, memilah, membedakan, mana yang beriman setelah datangnya kejayaan dengan terus tawdhuk, tetap istiqomah, tetap pada as-sholah dakwah. Atau kita menjadi orang yang menjadi ujub, riya, sombong, sum’ah, dan mengungkit-ngungkit segala apa yang telah kita lakukan (semoga kita terhindar dari perilaku ini). Dan saat pra dan pasca kehancuran itu, apakah kita akan tetap bertahan dan bersiap siaga, terus berjuang dengan segala daya upaya. Atau kita mangkir, menghindar perlahan atau spontan dari jalan juang. Semoga tidak. Jika tetap bertahan sampai kucuran darah tak lagi merah, bolehlah kita berharap kepada SYUHADA.

 Pada awal ayat Allah mengatakan kepada kita untuk tidak bersikap lemah dan sedih. Karena Allah telah menjanjikan kita Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. Ya, Allah menjanjikan untuk membersihkan dosa-dosa orang yang beriman. Dan akan membinasakan orang-orang yang kafir. Tapi lagi-lagi Allah memberikan syarat untuk memperoleh itu semua Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Sederhana, Allah hanya tidak suka dengan orang yang zalim, yang zalim terhadap dirinya sendiri dan zalim terhadap orang lain.

Ya Rabb, berilah kami kekuatan untuk menjalankan segala apa yang engkau perintahkan. Sehingga kami dapat mendapatkan apa yang telah engkau janjikan kepadaku. Ya Rabb, kasihinilah kami dan sayangilah kami sebagaimana engaku mengasihi dan menyayangi para nabi, syuhada, dan para shiddiqin.

Yaa muqollibal quluub tsabbits quluubanaa ‘Aladdinika.

Wallahu ‘Alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow The Author