Minggu, 27 Mei 2012

Kala Senja

Share it Please


Sebuah problema mengalun perlahan dalam desir aliran darah, melepaskan peluh hasil dari ekskresi tapal batas kejumudan. Debu yang menderu tak cukup redakan segala problematika yang semakin panas membakar hari. Sebuah rekayasa pemikiran menjadi acuan dalam bertingkah dan mengatur setiap derap langkah.
Matahari senja bersinar temaram menghela nafas karena lelah membakar manusia dan ambisinya. Angin menampar raga tak lagi mengalun lembut yang buat bergidik bulu roma. Bangau diganti peran oleh gagak-gagak dengan hitam kepak sayap perlahan memantau matanya. Senja tetaplah senja, tapi langit memuram durja berganti warna menjadi jingga. Terselip bibir tipis bergerak dengan harap penuh doa.


Bila masalah dinamakan problema, otak yang membadai dengan segala petirnya yang menyambar. Batang otak terasa getir sampai ke sumsum tulang belakang. Meretas menyusup ujung saraf arteri vena sampai menyembul pada retina mata. Ah, ada pandangan takjub takzim, namun jalan keluar masih keliru seperti usus yang selalu dikatakan buntu.
Sebentar lagi garis pemisah malam dan siang habis diperaduan. Kisah kucing dikejar anjing bersambung pada episode yang tak pernah tenggelam. Kokok berganti lolongan. Domba masuk kamar rias berdandan menjadi serigala malam.
Karena senja tak ada pagi yang membuatnya reda, atau bahkan sebaliknya. Tapi nyatanya problematika berputar linear membuat lingkar rotasi pada kehidupan semesta. Di mana segala tanya kan terjawab, jika kau tak pernah meminta dan berusaha tuk membaca kalamNya, cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Follow The Author