Tidak ada lonceng jam, yang ada adalah alarm dengan aneka dering. Jangan pula berharap ada seekor burung yang keluar dari jam dinding seperti di film kartun dan berbunyi: Kikuuk…kikuuuuk.
Waktu begitu cepat berlalu, itu yang dirasakan seorang yang sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Namun terkadang waktu serasa berjalan begituuuuuuu laaaaammmmbaaaaaaaaatt, sampai-sampai sati detik serasa jarum yang menusuk kulit. Padahal waktu yang ditempuh sama. Sama-sama 24 Jam. Waktu begitu cepat rasanya saat bermain game atau berselancar di dunia maya. Tapi serasa dikerumuni ribuan lalat seperti busuk dimakan waktu saat menunggu sesuatu, apalagi sesuatu yang ditunggu, terlebih yang tak pasti.
Yang rugi itu yang sama dengan hari kemarin, yang celaka adalah yang lebih buruk dari hari kemarin. Dan yang beruntung adalah yang lebih baik, tentu saja daripada hari kemarin. Begitu kata Allah dalam sumpahnya. Tapi—lagi-lagi ada tapinya, ibarat perniagaan, manusia lebih banyak merugi. Mungkin karena tak sadar dengan kerugiannya, atau mungkin pula kerugian menjadi sebuah keuntungan baginya. Yang pasti, nafsu banyak bermain di sini.
Lalu, bagaimana agar tak merugi? Aduh, itu pertanyaan retoris kawan. Kita semua bisa menjawabnya dengan sederhana: Berusaha agar lebih baik dari hari kemarin. Bagaimana agar lebih baik? Muhasabah, kawan, banyak-banyak bercermin di air mineral, jangan bercermin di air selokan, karena terlalu keruh. Kemudian berbuatlah, berdoalah, peringatilah, apresiasilah.
Karena jarum jam terus menusuk setiap langkah kaki. Detaknya kadang terasa lebih cepat dibandingkan detak jantung.
Karena waktu luang itu begitu membunuh! Begitu membuai, begitu memanjakan, dan dekat pada kemaksiatan!
Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”
“Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).
Mari membunuh waktu dengan hal yang baik, sebelum waktu membunuhmu dengan hal yang sia-sia.
Pernah diposting pula di TelagaInspirasi.com dan undergrountauhid.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar