Dengan cinta-Mu aku berharap akan Jannah. Dengan rahmat-Mu aku berharap
akan bahagia. Dengan lantunan kalam-Mu aku berharap pada syafaat selamat.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman. Jika
kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun
(pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan
kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.
Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Dan
agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan
membinasakan orang-orang yang kafir.” (Q.S. Ali Imron: 139-141)
Subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala keMahaannya. Terkadang kita
luput dari apa yang telah difirmankanNya. Padahal Allah telah memberikan segala
peringatan dan balasan akan segala hal, namun karena begitu lemahnya kita, kita
sampai lupa dengan apa yang dijanjikannya.
Ya, kita merasa sedih, merasa lemah, merasa kecil, padahal Allah telah
mengatakan bahwa kita adalah orang yang tinggi derajatnya (lihat pula di Q.S
Ali Imron ayat 110). Tapi tak semudah itu kawan, Allah memberikan syarat untuk
menjadikan hambanya menjadi yang terbaik, yaitu yang beriman. Pada ayat
110, Allah memberikan ciri-ciri umat terbaik itu ”.. menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah..”. wahai Rabb, betapa lalainya kami, kami selalu merasa
menjadi umat terbaik, namun cirinya kami abaikan, bahakan dikatakan beriman pun
masih dipertanyakan.
Ya Rabb, saat kami sedikit dicoba olehMu untuk menjadi umat yang terbaik
itu, dengan segala masalah dalam hal menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, kami mengeluh. Ah, dan bodohnya kami sedikit
melupakan dan beriman kepada Allah. Kami merasa apa yang kami hasilkan adalah hasil dari
usaha kami, kami lupa bahwa Kaulah yang Maha Kuasa.
Tampaknya kita harus menata ulang kembali keimanan kita, mempertanyakan
kembali apa yang kita yakini, Allah atau yang lainkah??? Dan sudahkah ihsan hadir
dalam hati dan sanubari kita?
Dan masa (kejayaan
dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran). Itu adalah sunnatullah yang wajib kita yakini. Allah
mepergilirkan masa kejayaan dan masa kehancuran itu. Namun perlu diingat kawan,
tak boleh kita terlalu lama tiarap, menikmati kehancuran terlalu lama. Karena
dalam kehancuran—kekalahan—itu, Allah memberikan pelajaran untuk kita, agar
segera bangkit agar cepat digilirkan kembali kejayaan itu.
Lalu Allah berkata, ”dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada.” Di antara hikmah pergiliran kejayaan dan kehancuran itu
adalah, Allah ingin menyeleksi kita, memilah, membedakan, mana yang beriman
setelah datangnya kejayaan dengan terus tawdhuk, tetap istiqomah, tetap pada
as-sholah dakwah. Atau kita menjadi orang yang menjadi ujub, riya, sombong,
sum’ah, dan mengungkit-ngungkit segala apa yang telah kita lakukan (semoga kita
terhindar dari perilaku ini). Dan saat pra dan pasca kehancuran itu, apakah
kita akan tetap bertahan dan bersiap siaga, terus berjuang dengan segala daya
upaya. Atau kita mangkir, menghindar perlahan atau spontan dari jalan juang.
Semoga tidak. Jika tetap bertahan sampai kucuran darah tak lagi merah, bolehlah
kita berharap kepada SYUHADA.
Pada awal ayat Allah mengatakan
kepada kita untuk tidak bersikap lemah dan sedih. Karena Allah telah
menjanjikan kita Dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang zalim. Dan agar Allah
membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang yang kafir. Ya, Allah menjanjikan untuk membersihkan dosa-dosa orang
yang beriman. Dan akan membinasakan orang-orang yang kafir. Tapi
lagi-lagi Allah memberikan syarat untuk memperoleh itu semua Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. Sederhana, Allah hanya tidak suka dengan orang yang
zalim, yang zalim terhadap dirinya sendiri dan zalim terhadap orang lain.
Ya Rabb, berilah kami kekuatan untuk menjalankan segala apa yang engkau
perintahkan. Sehingga kami dapat mendapatkan apa yang telah engkau janjikan
kepadaku. Ya Rabb, kasihinilah kami dan sayangilah kami sebagaimana engaku
mengasihi dan menyayangi para nabi, syuhada, dan para shiddiqin.
Yaa muqollibal quluub tsabbits quluubanaa ‘Aladdinika.
Wallahu ‘Alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar